Tandu besi yang membuat kudamu limbung, lalu menjatuhkanmu bertumpu siku, hingga pecah retak membengkak.
Ingat?
Pasti.

Sais tandu yang turun menyeretmu agar terhindar dari terjang pasukan Pajang.
Ingat?
Pasti.

Prajurit kelana yang juga terhempas dari kudanya karena terantuk tapal kudamu.
Ingat?
Pasti.

Sajjana, lawan cakap dan laku tengil yang sangat kau banggakan, yang selalu muncul dalam setiap fatamorgana kerinduan, dan desir kebahagiaan.
Ingat?
Benamkan kepalaku ke dalam lumpur hisap, kalau jawabannya bukan pasti.

Dua selimut gemintang menaungi tidurku melawan semburan nafas Himalaya. Hanya tapa brata yang bisa menandingi kegemingan, ketika Resi tabib berkata, “Jangan berkedip tanpa perintahku atau sumsumnya tak akan tumbuh!”

Tulang-tulangku ngilu berbungkus daging mengerut terhimpit kulit yang makin merapat. Putingku menciut menahan hempas kipas tanpa derajat.
Ingat?
Barangkali.

Dua selimut gemintang telah tersingkap. Lebih baik undur diri bersiap memasang bubungan. Siapa tahu para tetamu berniat menatap tuanku, atau Sajjana kembali menghapus rindu.
Ingat?
Mungkin.

Dalam keriuhan menyambut caraka lara, sepertinya moksa sekejap adalah bijaksana. Toh tidak selalu.
Tapi apakah ini bermakna?
Entah.

Samsara.
Itukah yang membuatmu hilang ingatan?
Tapi bisakah bosan, taruna yang lebih pandhita, atau hati yang sudah nirrasa penyebabnya?
Kali ini aku sama sekali tak berani memberi janji pasti.
Karena dua selimut gemintang kembali membekap.

 

image
star gazing
Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s