Aku tidak habis pikir, bagaimana mereka sengaja bertahan hidup di kolam itu.
Itu adalah sebuah kolam, dengan air mengalir, berisi ikan warna-warni.
Mulut-mulut mereka tak berhenti bergerak di dalam sana.
Tak ada suara. Dari atas.
Masuklah. Ke bawah.
Kau akan tenggelam dalam buncah acak centang-perenang.
Ambigu. Bias. Gaduh. Saru. Caci. Binal.
Segala rupa.
Sebagian tak seperti wujudnya.
Umpan serupa jeram membuat mereka berkecipak berontak, terdesak, lalu tersedak.
Memang begitu.
Mereka suka.
Lalu bisa menghina-dina, tikam-bunuh, mencumbu, atau cemburu.
Bahkan saling melempar rindu.
Aku tidak habis pikir, bagaimana mereka sengaja mencebur ke kolam itu.
Apa yang mereka cari?
Kawan, lawan, atau sekedar lawakan?
Lalu mengapa aku menelisik seperti telik?
Ah, sudahlah… Apalah aku. Seekor ikan tak paham arah.
Biarlah mereka berpesta hingga kalap, di kolam sembilan cakap.
