Jika deret notasi balok bisa mewakili bagaimana diri kita kapanpun bisa hanyut ke dalam, aku akan memilih kanon dan giga dalam kunci D mayor. Terimakasih pada tuan Johann Pachelbel, yang imajinasi nadanya mampu memadu hening dan riang dalam alunan awal cello, harpsichord, dan organ yang sempurna.
Ini adalah gubahan yang selalu mampu membuatku terkesiap fana sekejap, meresapi sukacita dan tragedi dalam ketenangan tersirat. Sungguh alibi sempurna untuk menjawab pertanyaan dengan “aku tak tahu”. Lakuna semu yang tepat untuk bersembunyi dan melakukan apapun yang perlu saat itu. Marah, sedih, kecewa, bahagia. Mengumpat, menangis, menyesal, tertawa.
Apapun.
Sesaat.
Ceruk melikut sirna saat garis-garis notasi berakhir. Semua kembali nyata berlogika. Kadang apa adanya begitu, kadang palsu, kadang ambigu. Mana perlumu.
Aku tak memberinya waktu khusus untuk hadir, karena rencana tak selalu sesuai harapan. Maka aku membiarkannya tiba kapan saja. Menikmati jeda selintas jengkal dalam jiwa yang tak kekal.
