Kau bisa bayangkan, menyelam dalam air, seperti melayang? Begitulah aku terbang.
Terbangku bukan seperti ksatria lain dalam riwayat nenek moyang ayah ibumu, yang bisa langsung melesat ke udara setelah menjejakkan kakinya dari tanah.

Terbangku tidak bisa menghentak. Namun harus mengambil ancang-ancang, berlari atau berjalan cepat, lalu ayunkan tangan melawan bumi seolah mendorong tubuh ke atas. Benar-benar seperti ketika kau berenang atau menyelam. Aku tak bersayap, jadi aku tak bisa mengepak.

Setelah beberapa lama di udara, biasanya tubuhku akan memberat dan ketinggian terbangku menurun. Itu artinya, aku harus mengayunkan tangan lagi melawan tarikan bumi, supaya tubuhku kembali terdorong ke atas. Benar-benar seperti menyelam di air kan?

Aku juga harus melakukan gerakan yang sama ketika ingin berbelok, menukik, atau menambah ketinggian terbang. Begitu juga saat sedang melayang diam. Tanganku harus sesekali mengayun untuk menjaga ketinggian.

Aku tidak bisa menunjukkan kemampuanku ini secara nyata di depan orang. Rasanya tidak aman, dan tidak bijaksana membuat orang ternganga takjub melihat manusia terbang. Aku bisa dianggap hantu. Meskipun kadang, beberapa kali sempat aku tahu mereka tahu. Kalau itu yang terjadi, aku tak ambil pusing. Tapi aku tak mau menyengaja supaya mereka tahu.

Aku paling suka terbang di tanah lapang, menyusur aliran sungai, pegunungan, dan di atas laut. Di pinggiran tapi, bukan di tengah. Rasanya nikmat sekali menantang angin yang menerpa wajah, rambut, dan seluruh tubuhku. Aku juga tidak perlu terlalu kuat mengayun tangan ketika berada di tempat luas seperti itu.

Berangkat terbang dari tempat sempit, terutama yang memiliki banyak perintang, paling aku benci. Di antara gedung dan bangunan perkotaan, atau yang banyak kabel listrik, aku sangat tidak suka. Lebih baik dari hutan. Lebih mudah meskipun sama-sama banyak rintangan.

Aku pernah hampir terjatuh karena menghindari bentang kabel listrik yang carut-marut. Untung belum terlalu tinggi terbangku. Tetap saja, sempat membuat kakiku terkilir saat menyentuh tanah. Meskipun begitu, aku selalu mengulanginya lagi, dan lagi, dan lagi. Aku suka sekali terbang.

Satu-satunya yang membuatku berhenti terbang adalah, ketika mendadak semua menjadi begitu nyata. Ketika aku mulai bisa merasakan kulitku, membuka mataku, dan tergugah sadar atau pengar. Aku benci itu. Karena aku suka terbang. Dan aku tak bisa terbang ketika semua hal mulai nyata terbentang di hadapan.

Ya.

Ketika aku terbangun.

fly
fly
Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s